-Berdasarkan pertanyaan Fauzia Rahmawati
(09313244001) kepada Dessy Ratnasari Fitriyani (09313244026), mahasiswa
Pendidikan Matematika ’09 Universitas Negeri Yogyakarta-
Berikut pendapat Dessy Ratnasari Fitriyani mengenai beberapa
permasalahan kehidupan apabila dilihat dari segi filsafatnya. Topik awal yang
diambil adalah permasalahan mengenai cinta. Dessy mengungkapkan bahwa cinta
yang ia miliki itu sebanyak-banyak bintang di langit dan sebanyak-banyak
bintang di laut, jadi bisa dikatakan bahwa cintanya itu tak terhingga atau tak
dapat dihitung. Cinta itu sangat penting dalam hidupnya karena dengan cinta
kita semua ada di dunia dan dengan cinta pulalah akan tercipta perdamaian
dimanapun. Apabila kita membicarakan mengenai cinta, maka yang akan kita
bayangkan adalah warna-warna pink, akan tetapi menurut Dessy warna cinta itu
tidak dapat didefinisikan, tergantung kepada diri kita dalam mencintai
seseorang itu terdapat dalam ruang dan waktu mana. Karena begitu pentingnya
cinta, maka kita tidak akan mampu meniadakan cinta, mengingat cinta itu
relatif, dan pada saat kita memikirkan cinta, maka cinta itu sendiri tidak akan
mampu ditiadakan. Berbicara mengenai cinta, maka Dessy menentukan orang
terseksi di dalam pikirannya adalah Barrack Obama, karena beliau adalah orang
terseksi di dunia.
Dari pendapat di atas, terdapat beberapa pendapat
yang saya setuju akan tetapi ada pula pendapat yang kurang pas dengan pendapat
saya. Cinta adalah keabsolutan dalam kehidupan atau bisa dikatakan bahwa selama
kita hidup pastilah kita memiliki cinta. Jadi dapat disimpulkan bahwa cinta
kita tak berhingga banyak akan tertapi terbatas pada ruang dan waktu. Ruang
dimana kita hanya mampu menempuh ruang-ruang yang dapat kita pikirkan dan waktu
yang terbatas pada usia kita. Karena cinta adalah keabsolutan dalam kehidupan,
maka memang cinta sangat penting dalam hidup kita. Jika kita hidup tanpa cinta,
sama saja dengan kita hidup dalam ketidakpastian. Warna cinta itu sendiri
memang tidak ada yang tau, karena warna itu relative kepada orang yang
merasakannya. Saya setuju dengan pendapat Dessy bahwa cinta tidak akan mampu
ditiadakan, karena apabila kita mencoba untuk meniadakan cinta, maka sama
dengan kita meniadakan diri kita, atau sama dengan membunuh diri sendiri. Untuk
saya, orang terseksi di dalam pikiran saya adalah diri saya sendiri karena saya
adalah orang yang paling berkuasa di dalam pikiran saya sendiri.
Topik selanjutnya membahas mengenai kesendirian.
Menurut Dessy kesendirian itu terletak di dalam pikiran kita sendiri. Kita akan
sendiri pada saat pemikiran kita berbeda dengan orang lain. Dan karena pikiran
kita berbeda antara satu orang dengan orang lain itu pulalah kita akan hidup
sendiri. Dan kita akan merasa bersama dengan orang lain apabila kita berada di
dimensi ruang dan waktu yang sama dengan orang lain.
Secara garis besar saya sependapat dengan Dessy,
karena memang kesendirian itu terletak pada pikiran kita, karena pemikiran kita
adalah hak periogatif kita, dan merupakan hak asasi kita. Pada saat kita
berbeda pendapat dengan orang lain, maka saat itulah kita sendiri. Sendiri
dengan pemikiran kita sendiri. Perbedaan pemikiran antar orang itu pulalah yang
akan menyebabkan kita merasakan kesendirian, dan dengan pikiran kita pulalah
kita akan merasakan kebersamaan. Bersama karena kita memiliki pemikiran yang
sama dengan orang lain, dan berada di dimensi ruang dan waktu yang sama dengan
orang lain.
Itulah tadi sepenggal hasil wawancara saya kepada
Dessy Ratnasari Fitriyani pada saat perkuliahan Filsafat Pendidikan Matematika
Tanggal 13 November 2012.