Senin, 21 Maret 2011

Bonek Mania

Diposting oleh Fa di 19.26
Bonek atau yang menurut kabar kepanjangan dari Bondo Nekat, adalah sekelompok orang dari Surabaya yang merupakan suporter Persebaya, dan hobinya ikut kemanapun Persebaya tanding (ini definisi menurut aku sendiri). Kata bondo nekat, seingatku (berdasarkan berita) berasal dari kebiasaan mereka. Dulu, anggota bonek tidak pernah mempersiapkan kepergiannya secara pasti. Yang penting jika pengen pergi ke tempat A, mereka akan pergi tanpa membawa bekal cukup. Jadi yang mereka lakukan untuk mempertahankan hidupnya ya dengan memanfaatkan apa yang mereka bawa. Menurut aku hal ini bisa dilihat pada film Punk in Love, ya mungkin sejenis itu gambaran bonek masa lalu. Tapi bonek yang sekarang cenderung anarkis dan membuat warga setempat menjadi was-was.

Menurut berita lagi, bonek sekarang lebih cenderung untuk pergi kemanapun tanpa membawa bekal, dan yang dia lakukan untuk menyambung hidup adalah dengan meminta pada setiap orang yang ia temui. Bonek sekarang cenderung bersikap anarkis karena dalam caranya meminta tersebut sangatlah tidak sopan (menurutku) karena bersifat memaksa, dan bila tidak dipenuhi mereka akan marah. Sebagai contoh pada postinganku sebelumnya, cukup sekali saja. Saat itu bonek memaksa minta minum dengan cara mengetok jendela kereta yang belum sepenuhnya berhenti. Coba bayangkan, untung mbak-mbak yang dimintai minum tidak punya penyakit jantung. Kalau punya, bisa-bisa karena frekuensi ketokan yang cukup tinggi tadi mbak-mbak itu akan terkena serangan jantung dan akibat paling fatal adalah kematian. Kalau misal seperti itu, siapa yang akan disalahkan? Bonek segitu banyaknya, dengan wajah yang cenderung sama (sama-sama kucel), akan sulit melacak siapa yang menyebabkan mbak-mbak itu meninggal. Dan contoh yang sangat nyata lagi adalah bonek dengan seenaknya saja menggerebek warung warga, makan minum tanpa bayar. Bahkan meskipun warung sudah ditutup, mereka akan mencoba berbagai cara untuk mendapatkan makanan. Lagi, menurut beberapa kabar yang saya dapatkan, mereka pergi kemana-mana naek kereta, tapi tidak pernah membayarnya. Astaghfirulloh..

Kalau dilihat dari kasus-kasus di atas, bisa kita simpulkan bahwa bonek sangat tidak baik. Mulai dari pemaksaan pada pedagang. Memangnya pedagang itu siapanya? Ibunya? Bapaknya? Siapa? Mereka adalah orang tua dari anak-anak mereka di rumah. Mereka jualan karena butuh uang. Tapi kalo dirampok seperti itu, mereka mau makan apa? Uang yang seharusnya bisa didapatkan malah diambil para bonek. Lalu masalah kereta. Mereka pikir mereka siapa? Pejabat? Bisa-bisanya memakai jasa pemerintah tanpa membayar. Iya kalo mereka udah bayar pajak, kalo tidak? Ya meskipun mungkin akhirnya pajak juga akan dikorupsi, tapi kan tetap saja kereta itu aset negara.

Saya juga bingung, sebetulnya bonek ini dapet life style dari siapa? Benar-benar tidak seperti orang Indonesia saja. Kalau dipikir-pikir lagi, mayoritas dari mereka adalah anak muda. Kenapa mereka memilih untuk pergi ke tempat yang tidak jelas? Bukannya lebih baek mereka tu sekolah? Ya paling nggak kalo nggak mau sekolah, nyari kerja. Biar jelas masa depannya. Nggak seperti sekarang, kayak aer di daun talas. Mana mungkin menggantungkan hidup ke tim sepak bola, kalo ke Bandung ikut ke Bandung. Ke Jogja ikut ke Jogja. Kalo ke neraka? Pasti nggak ada yang ikut.

Ya emang si nggak sepenuhnya bonek itu negatif. Ada sisi positif yang bisa kita contoh, yaitu betapa kuatnya persatuan mereka. Merasa sepenanggungan satu sama lain. Akan tetapi bukankah dengan persatuan yang kuat itu seharusnya akan memperkuat bangsa, bukannya justru mengancam kenyamanan sesama warga? Yang ada dalam imajinasi saya, kenapa visi bonek tidak kita rubah saja? Mulai dari penggemar bola kita ubah sedikit demi sedikit menjadi pecinta kerja. Dengan jumlah yang mencapai ratusan bahkan ribuan, dengan visi yang sama, pastilah sangat mudah menyatukan kekuatan. Misalnya produsen daur ulang plastik. Dengan orang sebanyak itu, dan dengan sampah plastik yang menggunung, pastilah sangat mudah untuk mendaur ulangnya. Mungkin ada yang berbakat melukis, plastik bekas bisa diubah jadi lukisan, bakat kerajinan, plastik bisa diubah jadi tikar, dan lain-lain. Tapi itu hanya imajinasi saja, yang semoga bisa terpenuhi suatu saat nanti.

Pelajaran yang bisa saya petik dari uraian di atas yaitu kita hidup di dunia bukan sebagai seorang individu, tapi sebagai kesatuan dari kelompok yang lain. Persatuan memang sangat penting dalam mempererat hubungan antar manusia, akan tetapi kita hendaknya mempergunakan persatuan yang kita miliki untuk hal-hal positif, bukan untuk merugikan orang lain. Betapa indahnya apabila antar kelompok masyarakat terdapat prinsip hidup saling memberi dan menghormati. Betapa indahnya...

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 

Lika Liku Corat Coret Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea