Jumat, 11 Oktober 2013

REFLEKSI PERTAMA MATA KULIAH FILSAFAT PENDIDIKAN

Diposting oleh Fa di 04.36

Fauzia Rahmawati      (13709251062) 
Pendidikan Matematika Kelas C PPs UNY

Berikut adalah hasil refleksi perkuliahan filsafat pendidikan hari Jum’at, 4 Oktober 2013 oleh Prof. Dr. Marsigit, MA. Pada perkuliahan yang lalu diadakan sesi tanya jawab antara mahasiswa dan Prof. Marsigit. Salah satu pertanyaan yang dilontarkan oleh mahasiswa adalah apa yang dimaksud dengan berpikir secara internsif dan ekstensif? Berpikir intensif dan ekstensif adalah berpikir yang sedalam-dalamnya. Berpikir sedalam-dalamnya ini memiliki makna bahwa dengan berpikir kita akan menemukan sebuah hakekat dari sebuah fenomena. Berpikir sedalam-dalamnya juga berarti berpikir setinggi-tingginya, setinggi-tingginya kita mampu berpikir. Contoh dari berpikir intensif ini adalah pada saat menjawab pertanyaan-pertanyaan filsafat dalam perkuliahan, dimana pada saat menjawabnya berarti bahwa kita sedang mengintensifkan istilah, makna, dan bahasa dalam filsafat.
Dalam filsafat, segala sesuatu pastilah berdimensi. Begitu juga aspek material, formal, normatif, dan spiritual, keempat aspek tersebut pun berdimensi. Dimensi antara keempat aspek tersebut bersifat merentang. Makna dari merentang di sini adalah aspek material akan meliputi spiritual dan formal, formal akan meliputi material dan normatif, sedangkan spiritual akan meliputi material, formal, dan juga normatif itu sendiri.
Dimensi material adalah bagaimana cara seseorang memaknai fenomena di sekitarnya. Contohnya bagaimana seseorang memaknai fenomena air di sungai, ada yang cemas karena takut banjir, ada pula yang mencari keuntungan dari sungai tersebut. Itulah yang dimaksud dengan dimensi material. Dimensi formal mencakup hubungan di dalam diri sendiri, keluarga, hubungan suami istri, bertetangga, bermasyarakat, berkuliah, berkantor, berbudaya, juga universal. Dimensi formal tidak dapat terpisahkan dengan dimensi informal. Hubungan antara dimensi formal dan normatif adalah dimensi formal dianggap sebagai wadahnya sedangkan dimensi normatif dipandang sebagai isinya. Contohnya adalah cara seseorang berbusana. Cara orang berbusana adalah dimensi formalnya, sedangkan kepribadian seseorang itu adalah dimensi normatifnya. Wadah tentunya menjamin substansinya, Wadah tanpa isi adalah kosong, isi tanpa wadah adalah tanpa makna. Kedua wadah dan isi haruslah ada dan saling melengkapi.
Bentuk material dari cinta adalah cincin. Hal ini dikarenakan cincin adalah simbol yang paling awet dan berharga dibandingkan hal lain. Sedangkan bentuk formal dari cinta adalah menikah. Menikah dianggap sebagai bentuk formal dari cinta karena menikah menjamin hak dan kewajiban kedua pihak. Akan tetapi karena semakin berkembangnya jaman, kehidupan yang semakin rumit, canggih, dan modern, maka menikah dan cinta seringkali dipisahkan. Saat ini banyak orang yang memilih untuk tidak menikah atau memilih untuk bercerai karena merasa menerima beban dalam memenuhi hak dan kewajiban dari cinta itu sendiri.
Romantisme adalah apa yang sering disebut sebagai tren filsafat atau suasana peradaban rasionalitas pada waktu itu, yang lebih mengedepankan perasaan, nafsu, hasrat, kehendak, passion, yang berhubungan dengan keindahan. Jadi romantisme di sini bukan soal seperti yang dipahami umum, yaitu yang berkaitan dengan percintaan. (http://www.marcelliusarichristy.wordpress.com). Di dalam romantisme, manusia, hewan, tumbuhan, bahkan batu itu bercinta. Cinta dari para dewa bias mengubah dunia. Cinta yang salah ruang dan waktunya akan membentuk Bathara Kala, dan cinta yang sesuai ruang dan waktunya akan membentuk Bathara Yudha. Di dalam kisah Maha Bharata, kisah perperangan antara Bathara Kala dan Bathara Yudha adalah intinya. Maksudnya adalah kerjasama diantara dua penguasa di suatu wilayah akan mengubah struktur dari wilayah tersebut. Kerjasama kedua pimpinan tersebut bisa menjadi dua bentuk, bentuk yang positif dan negatif. Selama ini yang terjadi di kehidupan kita kedua bentuk positif dan negatif tersebut selalu berperang untuk menciptakan keseimbangan dunia. Misalnya masalah korupsi di Indonesia yang terbentuk dari kerjasama oknum-oknum di pemerintahan. Akan tetapi ada pula KPK yang juga terbentuk dari pemerintahan. KPK merusaha mengejar koruptor di Indonesia untuk menciptakan kehidupan Indonesia yang tentram.
Belajar filsafat akan mampu membuat kita untuk berpikir secara harus. Dalam filsafat, berpikir adalah bergerak. Ketika batu terjun bebas dari puncak gunung ke lembah, maka batu itu berpikir. Ketika air laut membentuk ombak, maka air laut itu berpikir. Maksud dari pernyataan ini adalah untuk memperoleh pengetahuan (untuk mampu memikirkan sebuah fenomena kehidupan) maka kita harus bergerak mencari pengetahuan tersebut. Apabila kita hanya berpangku tangan, maka pengetahuan yang kita peroleh akan lebih sedikit dibandingkan dengan orang yang bergerak mencari pengetahuannya sendiri. Maka dari itulah mahasiswa disarankan oleh Prof. Marsigit untuk senantiasa membaca elegi yang ada di dalam blog Prof. Marsigit. Hal ini dengan tujuan agar mahasiswa semakin memahami apa itu filsafat ilmu.



Referensi:
Catatan Kuliah Filsafat Barat Modern 19 November 2012 bersama Prof. Dr. Eko Armada Riyanto. http://marcelliusarichristy.wordpress.com/2013/01/28/37/
Diakses tanggal 11 Oktober 2013

0 komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

 

Lika Liku Corat Coret Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea