Pendidikan
karakter kini mulai diterapkan dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan, dan menjiwai di setiap mata
pelajaran. Bila pendidikan karakter tidak diterapkan ada
kekhawatiran anak-anak Indonesia terancam mengalami keterpurukan moral,
mengingat saat ini sangat banyak kebudayaan baru yang masuk ke Indonesia,
dimana budaya itu kurang sesuai dengan kebudayaan Indonesia, sebagai contoh
pada fashion dan juga pada gaya hidup
sehingga rasa hormat siswa terhadap guru dan orang tua yang mulai berkurang.
Menurut
Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke
pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter
yang selama ini ada di SMP perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif
solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah
diimplementasikan di sekolah. Pendidikan karakter pada tingkatan
institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/
)
Guru
matematika sebagai salah satu komponen pendidikan yang melaksanakan proses
belajar mengajar di kelas dan juga berinteraksi langsung kepada siswa memiliki
tanggung jawab besar untuk menanamkan pendidikan karakter tersebut di dalam
diri siswa.
Etnomatematika
merupakan salah satu cabang ilmu matematika baru, dimana di dalam
etnomatematika matematika tidak hanya dilihat sebagai suatu kumpulan definisi,
teorema, ataupun aksioma, akan tetapi di dalam etnomatematika matematika
digabungkan dengan unsur-unsur budaya lokal yang mempengaruhi pola pikir
masyarakat setempat. Etnomatematika berasal dari dua kata, yaitu etnik dan
matematika. Sudah jelas tentunya, etnik atau yang lebih sering kita sebut
dengan budaya pastilah menggambarkan karakter masyarakat.
Dari
uraian di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan dimana etnomatematika dapat
dikaitkan dengan pendidikan karakter, dimana etnomatematika juga berhubungan
dengan kebudayaan atau karakter yang berlaku di lingkungan setempat. Beberapa
karakter yang dapat dibangun dalam proses belajar mengajar di kelas antara lain
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/08/20/pendidikan-karakter-di-smp/):
- Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja;
- Memahami kekurangan dan kelebihan diri sendiri;
- Menunjukkan sikap percaya diri;
- Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas;
- Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional;
- Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis, dan kreatif;
- Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
- Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya;
- Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari;
- Mendeskripsikan gejala alam dan sosial;
- Memanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab;
- Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam negara kesatuan Republik Indonesia;
- Menghargai karya seni dan budaya nasional;
- Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya;
- Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan waktu luang dengan baik;
- Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun;
- Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat;
- Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana;
- Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana;
- Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah;
- Memiliki jiwa kewirausahaan.
Oleh
karena itu, seorang guru matematika dapat menggabungkan etnomatematika dengan
konsep pendidikan karakter dalam proses belajar mengajar, sehingga mampu
meningkatkan bukan hanya motivasi akan tetapi juga pemahaman siswa terhadap
matematika.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.