Pada
era global seperti saat ini, pendidikan merupakan hal yang sangat menentukan
kesuksesan seseorang. Dengan pendidikan yang tinggi, maka kehidupannya juga
akan terjamin. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia menjamin pendidikan warga
negara Indonesia sesuai dengan pasal 31 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945, dimana setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Salah
satu ilmu yang sangat berdampak pada kemajuan suatu negara adalah ilmu
matematika. Erman Suherman (2001:29) menyatakan bahwa matematika sebagai
ratunya atau ibunya ilmu dimaksudkan bahwa matematika adalah sebagai sumber
dari ilmu yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa apabila seseorang mampu
menguasai ilmu matematika dengan baik, maka ia juga akan mampu menguasai
ilmu-ilmu lain. Beberapa aplikasi nyata dari penggunaan matematika dapat kita
temui dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar ataupun tidak. Misalnya
pada pembangunan suatu gedung, diperlukan ilmu matematika yang baik agar gedung
tetap kokoh; pada pembuatan alat-alat teknologi juga memerlukan ilmu matematika
yang baik, mulai dari logika hingga penerapan ilmunya; kegiatan jual beli yang
dilakukan baik di toko ataupun pasar juga memerlukan perhitungan matematika
yang baik. Oleh karena itu, ilmu matematika sangat dibutuhkan oleh masyarakat,
karena sangat berguna untuk masa depan.
Pendidikan
saat ini lebih sering dipandang sebagai proses belajar belajar yang terjadi di
sekolah. Proses belajar mengajar ini tidak dapat terlepas dari tujuan
pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru tersebut sangat terkait
dengan dua unsur yang mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan, yaitu pendidik
dan anak didik (Soedomo,2008:22). Pendidik yang dimaksudkan di sini terdiri
dari orang tua, pengajar atau guru, dan pemimpin atau pemuka masyarakat.
Sedangkan anak didik yang dimaksudkan di sini adalah anak yang lebih sering
kita sebut dengan siswa.
Guru
yang juga dianggap sebagai pendidik menjadi salah satu unsur yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karena peran guru yang cenderung lebih besar terhadap
keberhasilan akademik siswa di sekolah, dibandingkan oleh orang tua. Guru
bahkan seringkali mendapat kepercayaan dari orang tua siswa untuk menolong dan
membimbing anaknya. Peran dan tanggung jawab guru yang besar ini menuntut
seorang guru memiliki sikap profesionalisme yang tinggi. Akan tetapi, segala
tindakan guru haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku di Indonesia saat
ini. Permasalahan yang terjadi ialah, kurikulum yang ada di Indonesia hanya
mampu diikuti oleh sebagian siswa saja, padahal seharusnya kurikulum dapat
diikuti oleh semua siswa. Akan tetapi, karena kurikulum saat ini merupakan sebuah
pedoman wajib bagi guru dan siswa, maka kurikulum ini harus dilaksanakan
bagaimanapun keadaannya.
Keadaan
inilah yang saat ini menjadi tantangan dan juga peluang guru untuk
mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah dimilikinya dalam proses belajar mengajar.
Apabila dilihat dari sisi desain instruksional pembelajaran matematika,
seharusnya seorang guru merupakan komponen multi dimensi, dimana guru tidak
hanya sebagai pelaksana pembelajaran, tapi juga dapat menjadi pengembang
kurikulum, dan lain-lain. Akan tetapi pada kenyataannya guru di Indonesia saat
ini hanya berlaku sebagai pelaksana pembelajaran, tidak mampu ikut dalam
pengembangan kurikulum.
Oleh
karena peran guru yang sangat terbatas, maka sudah seyogyanya seorang guru
mampu memanfaatkan perannya di dalam kelas dengan sebaik-baiknya. Di dalam
kelas, seorang guru memiliki dua pilihan besar, yaitu ia dapat menggunakan
metode student centered atau metode
Ujian Nasional oriented ( examination oriented ). Jadi, meskipun
guru berada dibawah tekanan kurikulum saat ini yang berbasis pada Ujian
Nasional, akan tetapi di dalam pelaksanaan proses pembelajaran, guru tetap bisa
menggunakan metode student centered,
tidak hanya menggunakan metode drill
untuk melatih siswa mengerjakan soal saja. Karena metode student centered akan
memberikan pemahaman materi yang lebih mendalam kepada siswa.
Jadi
dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru matematika yang bijaksana
seyogyanya mampu menentukan metode yang diyakininya untuk dilaksanakan di dalam
kelas, sehingga siswa tidak hanya berorientasi kepada Ujian Nasional yang akan
ditempuhnya, akan tetapi siswa juga tetap memahami materi pelajaran yang sedang
dipelajarinya. Di sini guru juga dapat menggunakan konsep konstruktivisme,
mengingat konsep konstruktivisme akan lebih diterima oleh pemikiran siswa,
karena menjadi lebih dekat dengan siswa. Ilmu desain instruksional matematika
juga dapat digunakan dapat penentuan cara mengajar guru di sini, baik dalam
merancang RPP, students’ worksheet,
maupun tugas-tugas siswa.
SUMBER:
Erman
Suherman,dkk.2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung:JICA
Soedomo
Hadi.2008. Pendidikan (Suatu Pengantar).
Surakarta:LPP UNS
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.