Seperti
yang kita ketahui, etnomatematika merupakan salah satu cabang ilmu matematika
baru, dimana di dalam etnomatematika matematika tidak hanya dilihat sebagai
suatu kumpulan definisi, teorema, ataupun aksioma, akan tetapi di dalam
etnomatematika matematika digabungkan dengan unsur-unsur budaya lokal yang
mempengaruhi pola pikir masyarakat setempat. Ethnomatematika mula-mula dipelopori oleh Ubiratan D’Ambrosio tahun
1984 yang dikemukakan dalam artikelnya berjudul Ethnomathematics yang
disampaikan pada pembukaan konferensi internasional pendidikan matematika di
Adelaide Australia, dan dalam jurnal (D’Ambrosio, 1985) berjudul
“Ethnomathematics And Its Place In The History And Pedagogy Of Mathematics”.
Etnomatematika merupakan suatu bentuk matematika yang berbeda dengan matematika
sekolah sebagai akibat pengaruh kegiatan yang ada di lingkungan yang
dipengaruhi oleh budaya. (1)
Di satu tingkat, ethnomatematika dapat disebut
sebagai “matematika dalam lingkungan” (math in the environment) atau
“matematika dalam komunitas” (math in the community). Pada tingkat lain,
etnomatematika merupakan cara khusus yang dipakai oleh suatu kelompok budaya
tertentu dalam aktivitas mengelompokkan, mengurutkan, berhitung dan mengukur
(aktivitas-aktivitas matematis). Tidak seperti ethnobiologi, ethnokimia ataupun
ethnoastronomi, ethnomatematika baru saja lahir atau agak terlambat
perkembangannya. Hal ini terutama dikarenakan asumsi formal bahwa matematika
itu bebas kultur. Akan tetapi, sekarang ethnomatematka sudah diterima luas, International
Conggress on Ethnomathematics telah dua kali diadakan (Granada, Spanyol tahun
1998 dan Ouro Preto, MG, Brazil tahun 2002), serta ratusan buku, artikel,
maupun website telah dipublikasikan.
Yang
kini menjadi perbincangan adalah bagaimana cara pendidik menerapkan
etnomatematikanya di dalam pembelajaran matematika. Mengingat selama ini
sebagian besar kajian menegenai etnomatematika hanya dijabarkan mengenai
aspek-aspek etnomatematika yang terdapat di dalam suatu hasil budaya
masyarakat, akan tetapi tidak diliput mengenai bagaimana cara
mengaplikasikannya di dalam pembelajaran.
Menurut
saya, terdapat beberapa cara untuk mengaplikasikan etnomatematika di dalam
pembelajaran matematika di kelas. Berikut beberapa cara yang mungkin dapat
digunakan untuk mengaplikasikan etnomatematika di dalam pembelajaran matematika
:
1.
RPP
Pada hakekatnya RPP
merupakan hak periogatif guru untuk menentukan bagaimana sususan, bentuk,
ataupun isi dari RPP yang akan dibuat. Oleh karena itu, seorang guru dapat pula
menyisipkan unsur etnik di dalam pembelajaran matematika. Hal ini sangat
bermanfaat mengingat saat ini kebanyakan siswa sudah melupakan kebudayaannya
sendiri. Berikut contoh RPP matematika yang berbasis kepada budaya
(etnomatematika)
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama
Sekolah : SMA N 2 Yogyakarta
Mata
Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil
Standar Kompetensi : 2. Memecahkan masalah yang
berkaitan dengan fungsi, persamaan dan fungsi kuadrat serta pertidaksamaan kuadrat.
Kompetensi Dasar : 2.2. Menggambar grafik fungsi
aljabar sederhana dan fungsi kuadrat.
Indikator : Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi modulus, fungsi
linear), dan fungsi kuadrat.
Alokasi Waktu : 2 jam pelajaran (1 pertemuan).
A. Tujuan
Pembelajaran
Peserta didik dapat menggambar grafik fungsi aljabar
sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi modulus, fungsi linear) dan
fungsi kuadrat.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
·
Karakter siswa yang diharapkan :
o Rasa
ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras
·
Kewirausahaan / Ekonomi Kreatif :
o Berorientasi
tugas dan hasil, Percaya diri, Keorisinilan
B. Materi
Ajar
Grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat.
C. Metode
Pembelajaran
Ceramah, tanya jawab.
Strategi Pembelajaran
Tatap
Muka
|
Terstruktur
|
Mandiri
|
·
Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat.
|
·
Menggambar grafik fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi modulus, fungsi
linear), dan fungsi kuadrat
|
· Siswa dapat Menggambar Grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat.
|
D. Langkah-langkah
Kegiatan
Pendahuluan
Apersepsi : Mengingat
kembali fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi
modulus, fungsi linear) dan fungsi kuadrat.
Motivasi : Apabila
materi ini dikuasai dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menggambar
grafik fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi
modulus, fungsi linear) dan fungsi kuadrat.
Kegiatan
Inti
1. Eksplorasi
Peserta didik diberikan stimulus berupa pemberian materi
oleh guru (selain itu misalkan dalam bentuk lembar kerja, tugas mencari materi
dari buku paket atau buku-buku penunjang lain, dari internet/materi yang
berhubungan dengan lingkungan, atau pemberian contoh-contoh materi untuk dapat
dikembangkan peserta didik, dari media interaktif, dsb) mengenai cara
menggambar grafik fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas,
fungsi modulus, fungsi linear) dan fungsi kuadrat., kemudian antara peserta
didik dan guru mendiskusikan materi tersebut (Bahan : buku paket, yaitu buku
Matematika SMA dan MA ESIS Kelas X Semester Ganjil Jilid 1A, karangan Sri Kurnianingsih,
dkk, hal. 65-69 mengenai fungsi aljabar sederhana dan kuadrat, dan hal. 97-107
mengenai penggambaran grafik fungsi kuadrat).
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
2. Elaborasi
Dalam
kegiatan elaborasi,
a.
Peserta
didik mengkomunikasikan secara lisan atau mempresentasikan cara menggambar
grafik fungsi aljabar sederhana (fungsi konstan, fungsi identitas, fungsi
modulus, fungsi linear) dan fungsi kuadrat.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
b.
Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh dalam buku paket pada hal.
99 mengenai penggambaran grafik fungsi
kuadrat.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
c.
Peserta
didik mengerjakan beberapa soal mengenai penggambaran grafik fungsi aljabar
sederhana dan fungsi kuadrat dari “Aktivitas Kelas“ dalam buku paket hal. 69
dan hal. 99 sebagai tugas individu. (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
d.
Peserta
didik dan guru secara bersama-sama membahas jawaban soal-soal dari “Aktivitas
Kelas” dalam buku paket pada hal. 69 dan hal. 99. (nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu,
Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
3. Konfirmasi
Dalam
kegiatan konfirmasi, Siswa:
a.
Menyimpulkan
tentang hal-hal yang belum diketahui (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
b.
Menjelaskan
tentang hal-hal yang belum diketahui. (nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras);
Penutup
a.
Peserta
didik membuat rangkuman dari materi mengenai penggambaran grafik fungsi aljabar
sederhana dan fungsi kuadrat(nilai
yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
b.
Peserta
didik dan guru melakukan refleksi.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
c.
Peserta
didik diberikan pekerjaan rumah (PR) berkaitan dengan materi penggambaran
grafik fungsi aljabar sederhana dan fungsi kuadrat dari soal-soal pada
“Aktivitas Kelas“ dalam buku paket hal 69 dan 99 yang belum terselesaikan di
kelas atau dari referensi lain.
(nilai yang ditanamkan: Rasa ingin tahu, Mandiri, Kreatif, Kerja keras)
E. Alat
dan Sumber Belajar
Sumber :
-
Buku
paket, yaitu buku Matematika SMA dan MA ESIS Kelas X Semester Ganjil Jilid 1A,
karangan Sri Kurnianingsih, dkk, hal. 65-69, dan hal. 97-107).
-
Buku
referensi lain.
Alat :
-
Laptop
-
LCD
-
OHP
F. Penilaian
Teknik :
tugas individu
Bentuk Instrumen :
uraian singkat
Contoh Instrumen :
Gambarkan grafik
fungsi kuadrat dengan persamaan sebagai berikut.
a.
b.
c.
...............,.................
Mengetahui,
Guru
Mata Pelajaran
Kepala
Sekolah
______________
_________________
NIP/NIK. NIP/NIK.
2.
Proses
Belajar Mengajar
Selama proses belajar mengajar, untuk mengaplikasikan
etnomatematika di dalam proses tersebut, guru dapat melakukan beberapa cara,
seperti menyebutkan contoh-contoh hasil budaya Indonesia baik yang sudah
dikenal maupun belum oleh siswa yang berkaitan dengan topic yang sedang
diajarkan. Apabila hasil budaya tersebut belum diketahui oleh siswa, hendaknya
guru memberikan gambaran hasil budaya tersebut baik dalam bentuk gambar ataupun
video.
Hal ini kurang lebihnya akan mampu memotivasi siswa agar
siswa sedikit banyak tertarik kepada mata pelajaran matematika, karena
matematika yang dipelajarinya ternyata dapat diaplikasikan ke dalam dunia
nyata, dan buktinya sudah ada sejak tahun-tahun sebelumnya.
Contohnya yaitu untuk konsep bangun ruang limas misalnya,
guru dapat memberi contoh candi Prambanan sebagai bangun limas. Hal ini akan
membuat siswa lebih tertarik daripada guru memberikan contoh piramida di Mesir
sebagai contoh dari bangun limas, karena Prambanan lebih dekat dengan siswa
daripada piramida Mesir.
3.
Penyajian Masalah
Menurut saya, penyajian masalah ini merupakan cara
pengaplikasian etnomatematika di dalam pembelajaran yang dapat dilihat secara
kasat mata. Manfaat dari penyisipan etnomatematika di dalam masalah matematika
yaitu siswa akan merasa lebih dekat dengan benda-benda matematika di sekitarnya
yang juga merupakan benda-benda bersejarah di Indonesia. Hal ini selaras dengan
pendapat Emmanuel Kant, dimana
ia mendefinisikan matematika sebagai sebuah sintetik apriori, yaitu matematika
harus lebih nyata, konkrit, dan juga operasional.
Contoh:
1) Perhatikan gambar di bawah ini (2)
Gambar di atas merupakan gambar
batik kawung picis, khas Indonesia. Menurut kalian, unsur geometri apa sajakah
yang menyusun batik kawung picis di atas? Tunjukkan masing-masing unsure
beserta penjelasannya.
2)
(3)
(4)
Gambar di atas adalah gambar Candi
Borobudur dan patung Budha yang berada di dalam stupa candi Borobudur. Pada
musibah letusan Gunung Merapi tahun 2010 silam, abu vulkanik dari Merapi
berpotensi untuk merusak batu yang menyusun candi Borobudur. Oleh karena itu
badan konservasi candi Borobudur berupaya untuk membersihkan abu vulkanik dari
batuan candi. Apabila untuk membersihkan satu buah stupa dibutuhkan waktu 10
jam dan jumlah orang yang membersihkan abu adalah 50 orang, sedangkan terdapat
72 stupa yang terletak pada tiga teras yang melingkari Arupadhatu, maka berapa
waktu yang dibutuhkan oleh badan konservatif tersebut untuk membersihkan abu
vulkanik yang menempel pada stupa candi Borobudur?
3)
(5)
Pada liburan yang lalu, Toni dan
keluarganya berekreasi bersama ke Taman Sari, Yogyakarta. Setibanya ia di
Tamana Sari dan melihat pintu gerbangnya, ia langsung berpikir bahwa gerbang
tersebut terdiri dari berbagai macam bentuk-bentuk geometri. Menurut kalian,
bentuk geometri apa sajakah yang dapat ditemukan oleh Toni? Sketsalah ulang
gerbang tersebut untuk mempermudah penemuan bentuk-bentuk geometri tersebut.
Dari uraian di atas, maka seorang
guru hendaknya mampu menyisipkan unsur etnomatematika di dalam pembelajaran
matematika, sehingga siswa menjadi lebih tertarik dan bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran matematika.
REFERENSI:
(1)
Gerdes, Paulus, Ethnomathematics as a New Research Field, Illustrated by Studies of
Mathematical Ideas in African History.
(5) http://images.travelpod.com/users/elisa.landi/1.1289729382.taman-sari-water-castle.jpg
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.