Dalam
kehidupan sehari-hari kita sudah sering mendengar istilah desain. Demikian pula
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran juga terdapat istilah
desain. Desain di dalam proses pembelajaran sering dianggap sebagai rancangan,
model, maupun kerangka yang bertujuan untuk memfasilitasi proses belajar
mengajar. Akan tetapi, perlu diketahui bahwa tidak semua proses kehidupan
memerlukan desain. Oleh karena itu, di Indonesia guru tidak membuat desain
karena desain pembelajaran telah dibuat oleh pengembang kurikulum dimana di
Indonesia pengembang kurikulum adalah MGMP.
Dalam
proses pengembangan desain pembelajaran tersebut, terdapat aspek-aspek tertentu
yang tentu saja mempengaruhi proses pembuatan desain, yaitu kurikulum yang
dimaksud di sini adalah system pendidikan yang memuat teori-teori kependidikan,
ideologi, dan filsafat pendidikan.
Di
Indonesia guru tidak mengembangkan disain karena di Indonesia belum
melaksanakan pembelajaran yang inovatif. Saat ini Indonesia sedang berjalan menuju pembelajaran
yang inovatif, jadi terdapat desain pembelajaran, tetapi tidak dilakukan oleh
guru. Guru tidak perlu buat desain karena dipengaruhi oleh sistem pendidikan
Indonesia dimana saat ini pemerintah masih melaksanakan Ujian Nasional (examination oriented). Jadi, menurut
pemerintah, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa
mengerjakan ujian nasional. Dan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa yaitu
apabila siswa mengerjakan soal-soal. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa UN
menyebabkan banyak dampak, salah satunya yaitu guru menjadi tidak perlu
melaksanakan penelitian demi perkembangan pembelajaran, karena saat ini
pembelajaran hanya berorientasi pada UN.
Dikarenakan
pengembangan desain sangat dipengaruhi oleh system pendidikan, oleh karena itu
terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat mengembangkan desain
pembelajaran, antara lain yaitu kurikulum, standar isi, standar kompetensi,
kompetensi dasar, komponen proses pembelajaran (masukan, proses, output).
Dalam
proses pengembangan desain pula, seorang pengembang kurikulum harus mampu
menganalisis keefektivan desain yang telah ia buat. Apakah desain tersebut
sudah mampu membantu pembudayaan matematika atau belum, apakah desain tersebut
sudah merupakan desain inovatif atau tidak, dan sebagainya. Dikarenakan desain
termasuk suatu hal yang sedikit langka, oleh karena itu selama proses
pengembangannya seorang pengembang kurikulum dapat menggunakan metode bench marking, yaitu mempelajari
desain-desain yang sudah ada, dan juga menggabungkan desain tersebut dengan
logika dan pengalaman yang sudah dimiliki oleh pengembang kurikulum.
Untuk
membudayakan matematika (uncultured
mathematics), suatu desain harus mampu dipakai secara terus menerus dan
siswa belajar didasari dengan rasa suka cita, sehingga semakin lama karena
matematika sudah membudaya maka proses pembelajaran telah beralih menjadi learning to be, yang hal ini akan
diucapkan sendiri oleh siswa. Apabila matematika telah membuadaya, maka siswa
juga akan menyadari dengan sendirinya bahwa matematika adalah diri mereka
sendiri. Hal ini akan membutuhkan waktu yang sangat lama, mengingat bangsa
Indonesia masih jauh dari kata inovatif.
Untuk
membuat sebuah desain inovatif, pengembang kurikulum perlu membuat sketsa
komponen-komponen apa saja yang akan dilibatkan. Kemudia atas dasar komponen
tersebut, maka pengembang kurikulum akan mampu menggabungkan komponen tersebut
agar menjadi lebih bermakna. Salah satu komponen pembelajaran yang baik adalah
adanya teknologi. Oleh karena itu, desain yang baik dapat memungkinkan guru
untuk mengembangkan teknologi.
Berdasarkan
Marsigit, beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses pembelajaran menjadi
inovatif antara lain :
1.
Membimbing adalah memberdayakan siswa, bukan
membuat siswamu tidak berdaya
2.
Hakekat belajar itu adalah kebutuhan dan kesadaran
siswa, dan bukanlah kewajiban dan perintah-perintah guru.
3.
Hakekat pendidikan itu adalah kegiatan jangka panjang.
Cepat dan tergesa-gesa itu artinya tidak teliti dan memaksa.
4.
Metode ekspositori atau ceramah itu metode yang
sudah kadaluwarsa, tidak mampu lagi melayani kebutuhan siswa dalam belajarnya.
Jaman sekarang dan kecenderungan internasional, metode yang dikembangkan adalah
multi metode, yaitu metode yang bervariasi, dinamis dan fleksibel.
5.
Seorang guru tidak mungkin mampu melayani kebutuhan
belajar murid-muridnya, jika guru tidak merubah paradigmanya.
6.
Jika guru menginginkan mampu menerapkan metode
pembelajaran inovatif, maka hendaklah guru menerapkan prinsip:"untuk siswa
yang berbeda-beda, seyogyanya mempelajari matematika yang berbeda dan
bermacam-macam, walau memerlukan waktu yang berbeda-beda, tetapi dengan metode
yang berbeda-beda pula, alat yang berbeda-beda pula, serta hasil yang boleh
berbeda.
7.
LKS sementara ini dianggap sebagai teknologi atau
alat yang sangat strategis. Namun jangan salah paham, LKS bukanlah sekedar
kumpulan soal, melainkan LKS adalah wahana bagi siswa untuk beraktivitas untuk
menemukan ilmu atau menemukan rumus matematikanya. Maka seorang guru harus
menembangkan sendiri LKS nya.
8.
Hakekat ilmu itu diperoleh dengan cara berinteraksi
antara obyektif dan subyektif, antara teori dan praktek, antara guru dan siswa,
antara siswa dan siswa, .dst. Maka diskusi kelompok itu sebenarnya adalah
sunatullah.
Sumber:
Marsigit. 2011. Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru
Matematika.
diakses pada tanggal 8 Mei 2012
pukul 09.45 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.